Kamis, 10 Maret 2011

Muslim yang kaaffah

Menjadi seorang Muslim yang kaaffah memang tidak mudah, dan saya secara pribadi mengalami hal itu. Bukan hanya saya, banyak Muslim lain pun mengalaminya. Dan hal ini memang menjadi sesuatu fenomena yang menyertai kehidupan kaum Muslim zaman muta’akhir, persis seperti yang digambarkan oleh rasulullah saw dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari: “Sesungguhnya di belakangmu nanti akan ada hari-hari penuh kesabaran. Sabar pada hari itu seperti halnya memegang bara api”. Dan Rasulullah tidaklah pernah salah, sesuatu yang baik menjadi pembicaraan pada masa ini dan keburukan menjadi contoh dan trend hidup.

Hasilnya jelas, akhirnya kebanyakan Muslim yang tidak bersabar atas kondisi ini akhirnya tertipu dan mengikuti arus zaman, dan mulai melakukan pengingkaran terhadap syahadat yang mereka ucapkan, sedikit demi sedikit, sejengkal demi sejengkal sampai akhirnya mereka terbenam seutuhnya dalam lubang biawak yang seharusnya tidak boleh mereka masuki. Kaum Muslim kehilangan identitas mereka sebagai seorang Muslim. Islam menjadi tidak lebih daripada asesoris yang bisa dipakai dan ditinggalkan sewaktu-waktu, tatanan kehidupan rusak dan alam pun berbicara dengan caranya sendiri

Sebagai seorang Muslim, perih rasanya melihat kondisi semacam ini, ketika orang-orang kebanyakan begitu berusaha serius dalam kehidupan mereka, begitu keras dalam perkara keduniaan, tetapi begitu mudah lalai dalam perkara akhirat, padahal kebenaran Allah pasti ketika Dia menyatakan “dan al-Akhirat lebih baik daripada ad-Dunya”. Maka satu-satunya pilihhan adalah terjun untuk menunaikan kewajiban dakwah saya sebagai seorang Muslim, untuk mengembalikan kehidupan Islam ketengah-tengah masyarakat dan menghalau kehancuran yang menggerogoti ummat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar